Sekilas kehidupan
By
Devie Aryani
Entah apa yang ada di fikiranku saat itu, aku meletakan
sepatuku dan aku menaiki besi pada tepi tangga itu, menundukan kepala dan
menghela nafas..
Sreekkkk seseorang dengan kaki pincang menarik tanganku sehingga ku terjatuh.
“kamu mau apa? Yakin mau ketemu tuhan tanpa bekal apa-apa?”
“ini kan hidup ku tau apa kamu”
“hidup di kota besar memang susah mbak, segala sesuatu butuh
uang. Tapi mbak tau gak, wajah mbak yang cantik dan badan mbak yang bugar masih
bisa merebut kebahagiaan dan pekerjaan yang layak, lihat saya.. saya hanya bisa
mengamen dengan mata sebelah kanan tidak bisa melihat”
“oh tuhaann... masih ada orang yang lebih miris dariku..
bawalah sepatu saya,, jual dan kamu bisa mempunyai uang untuk berobat..
percayalah saya ikhlas.. terimakasih buat pengertiannya”
“tidak usah mbak... mengapa tak mbak pakai untuk mencari
kerja lainnya”
“saya punya berbagai sepatu di kontrakan saya, dan ini hanya
sebagian kecil yang saya miliki.. pakailah..”
“terimakasih ...”
Disana aku mengerti kehidupan di perkotaan tak selamanya
bahagia, namun untuk mencapai kebahagiaan itu butuh tangga kerja keras dan
kemauan yang kuat.
Ucapan pengamen itu benar,dengan mata yang buta,kaki yang
pincang, tak ada satu pun pabrik yang menerima dia. Bukankah aku lebih
sempurna? Dan aku harus lebih sukses!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar