Rumah Tua dengan Sejuta Kenangan
part 3
Sejak masuk SMA aku
mulai suka menulis cerpen dan novel, sudah banyak juga cerpen yang aku post di
dunia maya. Hobby ku yang menulis fiksi dengan latar menyeramkan atau horror
ini membuat ku ingin menulis tentang sebuah rumah tua di komplek ku itu. Namun aku
sangat ingin menulis kisah nyata dan keadaan nyata dari rumah tua yang kumuh
itu. Berulang kali aku membuka laptop masuk microsoft word kemudian menulis dan
hapus, menulis dan hapus. Berulang kali terjadi hingga suara dering telpon
masuk.
“hallo Daf”
“malam Nova..belum tidur kamu?”
“belum daf,, masih main laptop”
“cepet tidur gih,besok kan sekolah”
“Daf.. aku kepikiran rumah tua samping rumahmu”
“hahh,, maksud kamu?”
“besok antar aku ke rumah itu ya,besok malam”
“gila kamu Nov,besok malam jumat -_-“
“yaudah,aku sendiri”
“malam Nova..belum tidur kamu?”
“belum daf,, masih main laptop”
“cepet tidur gih,besok kan sekolah”
“Daf.. aku kepikiran rumah tua samping rumahmu”
“hahh,, maksud kamu?”
“besok antar aku ke rumah itu ya,besok malam”
“gila kamu Nov,besok malam jumat -_-“
“yaudah,aku sendiri”
Ide gila itu muncul
dan terus menghantui fikiran ku.
Tokkk...
suara batu mengetuk kaca jendela ku,siapa yang malam-malam gini melempar batu, aku mendekati dan membuka jendela ku. Kulihat sekeliling tak ada satupun orang disana. Aneh mulai ku temui,aneh oh aneh. Padahal disini tak ada anak kecil yang berkeliaran seperti di rumah ku dulu.
suara batu mengetuk kaca jendela ku,siapa yang malam-malam gini melempar batu, aku mendekati dan membuka jendela ku. Kulihat sekeliling tak ada satupun orang disana. Aneh mulai ku temui,aneh oh aneh. Padahal disini tak ada anak kecil yang berkeliaran seperti di rumah ku dulu.
......................
Keesokan harinya,aku
pulang sekolah dengan dianter Daffa, rasa aneh itu muncul saat masuk komplek
dan makin menjadi saat melewati rumah tua itu. Sampai aku ke rumah dan berpisah
dengan Daffa baru rasa itu perlahan hilang.
Malam ini aku
menunggu Daffa di taman pertama kali kita bertemu. Tak lama Daffa datang dengan
gaya nya yang sangat macho dan bikin jatuh cinta deh, oh my god! Misi ku masuk
rumah tua itu dan bukan kencan!!
Perlahan Daffa
datang dan rasa aneh itu kembali hadir, aku merasa di taman ini bukan hanya ada
aku dan Daffa, aku merasa ada yang mengawasi kita. Aku melirik ke sekeliling
tak ada satu pun orang disini. Udara yang semakin dingin membuat keberanianku
menyusut.
Tanpa basa basi aku
menarik tangan Daffa berjalan cepat ke depan rumah tua itu, aku menyalakan
senter dan mulai berjalan. Aku berpegang tangan erat pada Daffa, karena jujur
meski punya hobby menulis dan menonton film horror, disaat kaya gini itu aku
gak begitu berani. Tetap aja takut,deg-degan,campur aduk,wah gila deh.
Perlahan aku tiba di
pintu pertama rumah itu yang sedikit terbuka, tanganku perlahan dingin dan tak
kurasa apa-apa,aku ingat sesuatu menepuk pundak ku dan rasa aneh itu semakin
menjadi .
Bruukkkkkkkkk................
Aku perlahan membuka
mata dan aku sudah berada di kamar ku dengan keadaan berbaring. Oh tuhan aku
kenapa?
“kamu udah sadar?”
“daffa...”
“daffa...”
Daffa datang memakai
seragam sekolah yang rapi membawa segelas susu dan kentang goreng di nampan
nya. Tapi rasa itu, rasa aneh itu kembali hadir. Setiap aku bersama Daffa rasa
aneh itu muncul dan menghantui ku. Kenapa ini?
“semalem kamu
pingsan,gak tau deh kamu liat apa”
“aku pingsan?”
“iyaa,, kayaknya memang rumah itu tak suka denganmu”
“ko gitu sih...”
“ya karna kamu cewe nov”
“maksud kamu daf?”
“eh enggak,, aku berangkat dulu aja deh ya.. kamu nanti aku izinin”
“aku pingsan?”
“iyaa,, kayaknya memang rumah itu tak suka denganmu”
“ko gitu sih...”
“ya karna kamu cewe nov”
“maksud kamu daf?”
“eh enggak,, aku berangkat dulu aja deh ya.. kamu nanti aku izinin”
Daffa pergi dan rasa
aneh itu pun mulai menghilang. Perkataan daffa berlari di fikiranku saat ini. Rumah
itu tak suka denganku karna aku cewe? Maksudnya apa?
Daffa tau sesuatu
tentang rumah itu. Aku yakin!!!
~bersambung~
Sebenernya apa
hubungan daffa dengan rumah tua itu? Nantikaannn!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar