Pemain :
Dede Davit : Petani
Desi
Sriwahyuni : Terdakwa/ janda kere
Devie
Aryani : Ratu Elizabreth
Dian
Kurnaedi : Penjudi
3
Dima
Raharasari : Miss Kimmy
Dwi Rahayu
Octaria : Manusia Bayangan
Intan
Purwati Ningrum: Artis 1
Juan Ari
Kurniansyah : Penjudi 1
Luki
Nugraha : Penjudi 2
Mira
Kurniasari : Artis 2
Nendah
Wahdatusaadah: saski
Rifki
Reliadi : mentri kerajaan
Riska
Meidina : Dosen
Rofiatul
Fuadah : pengemis
Rommy
Destyawan : Hakim
Siti
Farida : Butani
Siti
Ritwah : Jaksa Gumi
Tema: sosial politik
Pemain: 17 orang
————
Abu-abu Kehidupan
Suasana panggung redup,menggambarkan
abu-abu hidup seseorang. Di tengah panggung terdapat tiang bendera, meja kecil
dan kursi-kursi, sekeliling dinding panggung dipenuhi tempelan-tempelan topeng kertas.
Narasi : kehidupan ini hanyalah sebuah perjalanan. Kami akan mengisahkan
sebuah sisi kehidupan yang erat di sekeliling kita. Ini lah persembahan teater
XII IPA 2. “ABU ABU KEHIDUPAN”
Babak
I
Musik pengantar; Manusia Bayangan
(MB) memasuki ruangan sambil membawa lilin lalu mulai menyapa penonton.
MB :
Selamat siang saudara. Maaf, jika pertemuan ini mungkin tidak saudara terima
dengan hangat. Seharusnya saya sudah sejak lama hidup di benak saudara.
Membisiki abu-abunya hidup. Hidup … (diam sejenak seperti menghela nafas). Yang
namanya abu, saudara, tentu…tidak melulu hitam atau melulu putih. Hitam… putih…
hi…hi…(tertawa ngikik) Tapi, sepertinya tenggorokan saya sedang manja. Jadi
harap mata dan mata saudara melek untuk melihat satu abu-abu ini.
Babak
II
Musik pengantar; seorang Ratu (R)
dan Menterinya (M) muncul
R
: (menyapa penonton dengan bahasa yang medok namun sedikit judes) selamat siang
rakyatku semua… sudah pada tahu to? Kalo negeri kita yang cuantik ini, yang
luas ini, yang gemah ripah loh jinawi, sebentar lagi akan meryakan ulang tahun
loh… (menoleh ke menteri) menteriku, tolong kamu siapkan pesta yang
sebuesar-besarnya. Kamu undang semua pemimpin-pemimpin di dunia, biar mereka
tahu, kalo kita jga bisa buat pesta yang gede-gede kayak mereka! (berhenti
sejenak) Tapi… tunggu dulu, kas kita tinggal berapa ya?
M
: (membuka-buka buku kas) ehm…tenang ratu, kas kita masih banyak. Tambang
minyak di pulau Bekas Alir, tembaga di pulau Paru, emas di pulau Burung, terus…(Keburu
distop ratu)
R
:cukup…cukup…cukup. ya, ya..kalau begitu, menteri, segera siapkan pestanya…
M :baik
baik ratu,pesta yang seperti apa Ratu?
R :buatlah
pesta yang paling meriah mentriku,buat semua pemimpin-peminmpin di dunia ini
tahu kemewahan negeri kita ini.
M :baiklah
Ratu,akan saya tunjukan kemewahan negeri kita dengan kekayaan yang kita punya
dan akan saya undang petinggi-petinggi di seluruh dunia ini.
Tiba-tiba dari belakang keduanya,
tampak Rakyat Miskin (RM) menurunkan bendera kerajaan. Lalu ia memasukkannya
dalam tas. Kemudian tamapk terburu-buru sehinnga lewat di depan Ratu dan
Menteri tanpa permisi.
R
: e…e…eh…tidak sopan! Lewat di depan ratunya kok main selonong aja! Berhenti
kamu!
PM
: (menoleh) saya?
R
: iya kamu! (memperhatikan tas) bawa apa itu?
PM
: oh, bukan apa-apa Ratu! (menyembunyikan tas di balik punggung)
R
: menteri, periksa orang itu!
Terjadi rebut-rebutan tas antara
menteri dan pengemis. Tetapi menteri berhasil merebut tas pengemis. Sampai-sampai
pengemis jatuh tersungkur.
M
: Ratu, ini Ratu…ternyata dia nyolong bendera kerajaan, Ratu!
R
: lho…lho…nyolong bendera?! Lha kok bisa gak ketahuan ini piye? Memangnya mau
kamu buat apa to? (mendekati pengemis)
PM
: lapar…saya lapar… itu…mau saya jual…lima ribu …
R
: apa? Dijual?! Oh…rakyatku…(bernada kasihan) kamu lapar?
PM
: (Pengemis mengannguk) iya, saya lapar
R
: oh…lapar…tapi itu jangan kamu jual, karena itu adalah bendera negeri ini.
Sekarang kamu pulang ke rumah, biar nanti kusuruh orang mengantar makanan ke
tempatmu.
Manusia Bayangan muncul memapah
pengemis.
(music pengiring)
Ratu dan menteri maju ke tengah
panggung.
MB :
seperti ini sosok sejati dari bangsa yang kaya? (bernada sinis) bahkan
seandainya burung hantupun tak sudi menjamahnya.
R
: (berbicara pada menteri) minta makan??! uang saja tidak punya, hari ini masih
gratisan…huh!
M :macam
apa saja minta makan,dasar rakyat jelata
R :
menteri kita kembali saja ke keraton. (meninggalkan panggung)
MB :janji
seorang penguasa sering kali tidak dipenuhi dan itu yang akan menyebabkan
masalah yang akan terjadi di masyarakatnya. Seperti penguasa negeri yang
memandang sebelah mata masyarakat rendah.
Babak
III
Musik pengantar; Artis (A) dan
Artis2 (A2) muncul dengan gaya seleb dan tebar pesona.
A
: ini sih, memang bukan panggung Hollywood! Tapi, tak palah… sini-sini… siapa
yang mau minta tanda tangan artis cantik kayak aku? Mau foto-foto sama aku…
(kemudian, masih tetap ceria, artis mulai curhat) hidupku ini sungguh
menyenangkan saudara. Shooting sana-sini…ikut pesta ini-itu… shopping
kemana-mana…
A2 :dimanapun
kita berdiri ya kita tetap artis papan atas,selalu ada yang memanggil nama kita
dan berdesak-desakan untuk bisa bertatap muka dengan kita.
A :ya..
di semua penjuru negeri sudah mengenal kita,memang susah menjadi terkenal namun
dengan terkenal ini kita bisa dengan mudah mendapatkan apa yang kita mau.
A2 :
memang,tinggal tunjuk dan itu menjadi milik kita. Seperti penguasa yang mengalahkan
ratu negeri ini.
A :
Pfff (menghela nafas) tapi…, ehm… mungkin tak sampai lima puluh tahun, aku
tetap cantik seperti ini. Kalau kulitku sudah keriputpun, mana laku diriku.
(seperti akan menangis dan membuka kacamata). Bahkan, semua cowokku pun akan
meninggalkanku kalo aku sudah kere… (sedih menangis lunglai meninggalkan
panggung)
MB :ketenaran
selalu membuat semua orang sombong tapi kesombongan ini pula yang akan
menghancurkannya di hari kemudian.
Babak
IV
Seorang janda yang mempunyai dendam
dengan orang terpenting negara yang telah merenggut nyawa suaminya berniat
untuk membunuhnya.
Dia hilang akal,sehingga
pertengkarannya bersama seorang koruptor yang merenggut nyawa suaminya itu
tidak sengaja menusukan gunting pada si BW yang menyebabkannya Tewas.
T :oh
tuhan... apa yang harus aku lakukan ini?
Terdakwa celingak celinguk dengan
tas hitam besar diseretnya dan gunting berlumuran darah di tangannya.
T :
oh tuhaann..... maafkan aku telah hilang akal. Dia...dia yang telah merenggut
kebahagiaanku kini juga telah aku balas,aku telah merenggut nyawanya. Tak kan
ku biarkan, tak kan ku biarkan jasadmu tergeletak begitu saja. Meski aku tak
berniat membunuhmu,maafkan aku Tuan,takdir berkata kau harus pulang menyusul
suamiku yang telah engkau bunuh dan terimakasih dendamku sudah terbalaskan.
Wanita yang tak sengaja membunuhnya
menangis dan berbicara sendiri pada mayat yang di tutupi koran di depannya
sedangkan di sudut lain terlihat seorang wanita yang tak sengaja melihat adegan
mengerikan di depan matanya.
MB masuk ke tengah panggung
MB :
kasus yang berujung dendam hingga pembunuhan tak pernah usai,sosok petinggi
negara yang merenggut kebahagiaan rakyatnya,begitu juga rakyanya yang penuh
dendam dengan petinggi bangsa di negara ini.
Babak
V
Penjudi muncul, sambil menghisap
rokok dan membawa botol bir dia berjalan menuju meja judi. Disana sudah ada 2
orang penjudi lainnya.
P
: (sambil minum) inilah hidupku…ha…ha…malam masih panjang, uang masih banyak,
masih bisa dicari,istriku masih bisa kujadikan alat atm ku. Hahaha
P2 :sudah
main saja,pasti kau bisa kalah juga
P :aku
tak akan kalah (menegak botol minuman dan terlihat mabuk berat)
P3 :sudahlah
kau sudah mabuk jangan berbicara aneh,minumlah dan kau akan kalah.. iya kan sob
P2 :yaa
kau hari ini akan kalah sobat.. terimalah!! Uangmu akan habis
P3 :
hartamu akan habis di meja judi ini,dan kau bisa dibunuh istrimu hahaha
P :aku
tak akan terkalahkan…tapi…tapi…ha….ha..kalaupun ku mati di meja ini (mulai
sedih) aku…aku tetap bahagia…(penjudi pun rebah di meja judi)
MB :
(bersenandung sambil membuang-buang kartu remi di hadapan penonton dan
melempar-lempar botol minuman) aku wes kondo ciu marakke ciloko/ aku wes
matur, manson neng omongan nglantur// wes tak aturi yen vodka marakke lali/
banjur ngunjuk bir, sampeyan dadine kenthir///
kami sudah bilang ini akan membuat
mu celaka/aku sudah bilang ini membuat omonganmu tak berarti//sudah aku bilang
vodka membuatmu lupa dunia/selalu menegak bir,hidupmu akhirnya linglung///
Babak
VI
Hakim (H) masuk kedalam ruangan.
Sesaat kemudian terdengar jeritan dan teriakan terdakwa (T) yang diseret masuk
oleh MB.
T
:tidak….! Aku tidak mau! Lepaskan aku…lepas…! Aku tidak bersalah!
H
: Diam! (sambil mengetuk palu) harap tenang sebagai perempuan, seharusnya
engkau diam di rumah, menjaga anak-anak dan harta suamimu!
T
: (marah) apa? Diam katamu?! Aku ini janda kere! (menoleh ke penonton) mereka…mereka
para pembesar-pembesar itu yang merampas hartaku…membunuh anak-anak dan
suamiku! Kau suruh ku diam, hah?! Padahal mereka yang cabut hak hidupku! Bahkan
lebih kejam dari Izroil! Mereka…
H
: Diam! Hentikan! Tetapi engkau tetap bersalah! Engkau telah membunuh orang
terpenting di negeri ini.engkau harus dihukum!
T :saya
tidak bersalah
H :Jaksa,apakah
ada saksi dalam kasus ini?
J :ada
pak Hakim
H :panggilkan!!
J :
baik pak hakim.
Saksi masuk dengan gugup dan grogi
dipapah oleh jaksa.
H
: Hey Saksi, apakah anda melihat dengan kepala, mata, dan anggota tubuh anda
yang lain saat pemuda ini membunuh lelaki bernama BW?
S :
(Diam agak lama, sambil clingak-clinguk) Waduh.. Maaf maaf sekali saya agak
lupa...
H :
Waduh.. Bisa kacau seperti ini. Puyeng-puyeng kepala ini.
S :
Eh Pa Pa.. saya ingat sekarang!
H :
Apa? Apa? Utarakan apa yang anda ingat, cepat keburu anda lupa lagi.
S :
Yang saya lihat Wanita itu memakai baju merah kotak-kotak bergambar dan dia
sedang... eeem... sedang (clingak-clinguk, sambil garuk garuk kepala), maaf
saya kok mendadak lupa lagi ya Pa
H :
Lupa, Lupa lagi? Aduh aduh..Ya sudah, sidang ini akan saya tunda (mengetukkan
palu) dok.. dok.. dok..
MB datang menyeret T keluar dari
ruang sidang.
T
: tidak…lepaskan aku…(menangis)aku tidak salah…
H
: di negeri ini, uanglah yang jadi raja.ha…ha… coba saja perempuan itu sanggup
membayarku lebih dari keluarga pejabat yang dibunuhnya, pasti akan aku bebaskan
dia. Ha…ha…uang…uang (terus tertawa sampai keluar ruang)
Hakim dan saksi keluar! Keluarga
Terdakwa mendekati Jaksa yang sedang duduk di meja nya sendiri.
K
: Maaf permisi Bu Jaksa Agung yang sangat dimuliakan oleh terpidana kasus
korupsi, narkoba, pembunuhan, hingga penculikan. Kenalkan saya Miss Kimmy.
J :
(melirik sambil malas-malas di meja kerjanya) Ya..
K :
Anda kan jaksa yang sedang menangani kasus pembunuhan Pemuda bernama Anu. Nama
anda pasti Jagum, alias Jaksa Gumi.
J :
Wah betul sekali, Ada yang bisa saya bantu, Nona?
K :
Anda tau apa ini? Barang yang saya bawa ini meski hanya selembar, dapat membuat
anda menikmati Paris, Roma, dan London, menikmati liburan mewah disana. Di cek
ini sudah lengkap, dari sewa hotel, kendaraan, hinggan bon makan. Dan ini,
koper ini di dalamnya berisi Rp 10 Milyar. Ini dapat membuat anda kaya
mendadak. Semua akan mendadi milik anda. Bagaimana? Tertarik Gum?
J :
(Memperhatikan dengan tatapan nakal) Em, saya bukannya menolak tawaran yang
anda berikan, Nyonya. Hanya saja....
K :
Kurang banyak?
J :
Tidak, maaf tapi saya tidak bisa menerima uang yang tidak halal ini.
K :
Oke, kalau anda tidak mau terima, dan ingat anda akan menyesal seumur
hidup karena menolak tawaran saya. Selamat siang! (memakai kaca mata) (pergi
sambil menghitung langkah)
J :
Tunggu.. tunggu Miss Kimmy. Anda jangan tergesa-gesa seperti itu. (berpikir
sejenak). Saya terima tawaran nyonya, asal ada syaratnya.
K :
Apa syaratnya Jagum?
J :
Nyonya harus tutup mulut soal ini. Bisa bisa reputasi saya hancur lebur. Lalu..
ada lagi, Nyonya. Uangnya harus dibayar cash, tunai! Saya nggak mau kalau pake
cek. Sekarang juga.
K :
Halah.. halah.. tenang saja kau! Ini sudah aku siapkan koper. Ternyata anda
mata duitan juga ya..: Dasar nggak waras. (ekspresi jijik)
Keluarga (K) keluar
panggung,terlihat jaksa memegang beberapa uang di tangan nya seraya senyum
licik melihat sekeliling. MB masuk membawa lilin ke tengah panggung.
MB :
uanglah yang berkuasa,uanglah yang berbicara. Peraturan dan hukum sekarang
sudah menjadi sebuah kertas bertinta hitam yang tak bernyawa lagi,tak lagi
berguna dan tak lagi dapat mengatur negara. Lihatlah para penegak hukum yang
seharusnya menjunjung tinggi peraturan-peraturan negara. Menjijikan!
Babak
VII
Muncul sepasang petani, mereka
taampak lelah setelah bekerja di sawah.
PT
:bu’e…bu’e…panen kita tiap tahun selalu melimpah ya…buanyak!he…he…
BT
:iay pak’e…lha lumbung kita saja sampai gak muat…
PT
: eh, tau gak buk’e?
BT
:apa to pa’e…(sambil kipas-kipas)
PT
: kita ini soko guru ekonomi rakyat. Lah kalo ndak ada kita, waduh…bisa
kolaps rakyat-rakyat negeri ini. Alias mati!
Bt
: betul itu pak’e…tapi….(dari wajah yang semula gembira, beralih sedih)
tapi…kita kok ndak kaya-kaya ya pak’e? Tetep kere..ora nduwe duwit. Malah jadi
kesetnya tengkulak! Waduh….
PT
:iya…ya..he…heee sudahlah bu’e kita hanya rakyat bawah. Apa yang kita bisa
lakukan coba?
BT :
benar pa’e,lah negara itu seharusnya merhatiin kita toh pa’e,wong kita iki
pahlawan juga.
PT :
sudahlah bu’e
PT dan BT duduk beristirahat melihat
sawah-sawah di depannya.
MB muncul lagi menyanyikan lagu
kulihat ibu pertiwi.
MB : kulihat
ibu pertiwi/ sedang bersusah hati/ air matanya berlinang/ emas intan yang aku
kenang// hutan gunung sawah lautan/ simpanan kekayaan/ kini ibu sedang lara/ merintih
dan berdoa///
Kasihan engkau wahai petani pertiwi…
Babak
VIII
Seorang dosen muncul sambil
berbicara di telepon terburu-buru. Kemudian masuk kelas dan mulai memberi
kuliah.
D
: selamat pagi mahasiswaku tercinta…mari kita tinggalkan sejenak segala keluh
kesah di luar, kita siapkan hati dan pikiran kita untuk kuliah hari ini. Baik
saudara…sebagai manusia, janganlah kita skeptis terhadap ilmu. Pandang ilmu itu
dengan objektif, bukan subjektif. Tahu kenapa? Ya…karena ilmu itu logis. Dan
jika kita sudah memahami ini, secara teoritis, terapkan itu secara pragmatis.
Kita ini ini insan berilmu. Bukan sapi, atau monyet! Karena itu, hidup itu
harus berilmu… baik saudara, sekian kuliah hari ini
Tiba-tiba telepon dosen
berdering…ternyata dari anaknya.
D
: O…maaf. Saudara…Halo? Ya.. anakku sayang…ada apa? O…pesta? Berapa? Lima puluh
juta? O..tenang anakku…ibu sekarang ini gajinya sudah tiga kali lipat!
Jadi…apa? Ya…ya…atur lah semaumu…masalah uang itu gampang anakku. Artis
sepertimu jangan sampai kalah dengan orang-orang terkenal lain....iya sayang
... apa shooting? Kamu perlu uang untuk baju juga... gampang.. okee....(terus
menelepon sambil meninggalkan panggung)
MB muncul sambil membuang-buang buku
MB :
aplikasi teori lebih dari logika…sampah! Ilmu jadi komersil
berangka-angka!…seperti ini? Kapan kita mau pintar? Mau maju? Mau cerdas?
Pff…(tertunduk lesu)
Babak
IX
P2 :sudah
ku katakan kau akan kalah. Sudahlah kau mundur saja!
P3 :haha..kau
sudah miskin. Apa yang kau punya sekarang.
P :hah
sialan,minuman habis dan uangpun tak bersisa. Kalian sialan.
P2 :ini
permainan sob
P3 :kau
sudah seharusnya mundur dari meja ini.
P :hah
sialan...
P berdiri dan suara sirine polisi
mengagetkan semua hingga akhirnya mereka di grebek polisi dan ditangkap.
MB :Lihatlah
mereka! Sampah masyarakat. Ketulusan dan cinta sudah hilang dari dalam diri
mereka. Mereka adalah kumpulan sampah. Mereka yang telah diberikan nyawa oleh
orang lain. Mereka yang sudah menghancurkan berbagai tubuh dan jiwa yang
diberikan pada mereka.
Babak
X
D :
(dalam telepon) halo....apa....saya dipecat...wah tidak bisa gitu
donk...apa?alasan anda tidak logis...tunggu... kalian tidak adil... (tertunduk
lemas)
Artis masuk dengan barang-barang
mewahnya
A :mamih...aku
mau minta uang donk. Aku beli barang-barang baru ini sama dia
A2 :iya
tante,tapi harus bayar hari ini ya. Bisa kan tante. Cuman 75 juta saa ko tante
A :iya
mih,artis papan atas seperti aku ini kan harus mentingin mode (gaya centil)
A2 :kalo
tante mau juga boleh sok tinggal dipilih aja
D :apa
kalian. Mamih kan lagi pusing (telepon masuk) iya halo...apa?kantor
polisi?....iya benar,apa yang terjadi dengan suami saya...
apa?berjudi?....tidakk... baiklah pak saya akan bayar.
A :mamih...kenapa?
kapan mamih mau bayar?
D :diam
kamu. Aku dipecat dari pekerjaanku. Ayahmu tertangkap polisi karena dia berjudi
dan aku harus membayar semua hutangnya. Belum lagi kamu yang minta ini
itu,padahal popularitasmu sedang turun bahkan sekarang tak ada yang
mengontrakmu untuk shooting.
MB :lihatlah
hasil dari kesombongan dan teori kosong ini,semuanya hancur tak bersisa.
Babak
XI
H :
Bagaimana? Kamu ingat cara dia membunuh? Kamu ingat kalau benar-benar dia yang
membunuh anu?
S :
Iya..eh (berfikir sejenak). Maaf tiba-tiba saya lupa lagi.
H :
Ah, sudah-sudah, susah memang ngurusin saksi nggak waras.
J :
Sudah-sudah. Tak baik bertengkar di sini.
S :
(mengacungkan jari)
J :
Mohon semuanya tenang dulu (nada keras sambil memukul palu)
Ya, silahkan saudara saksi. Apa yang ingin anda sampaikan?
S
: Sebelumnya, saya ingin meminta maaf dulu kepada Hakim Agung yang terhormat.
Tempo hari yang lalu,tepatnya seelah persidangan selesai, saya melihat bapak
Jaksa disuap.
H :
Benarkah?
S :
Benar pak Hakim.
H :
Benar begitu Jaksa?
J :
Tidak mungkin. Itu salah!
K :
Benar, itu salah. Mana mungkin Jaksa yang terhormat di suap. Lagian siapa juga
yang mau nyuap.
S :
Dia pak Hakim (menunjuk keluarga)
K :
Apa? Gue? Nggak banget kali… Kamu nuduh aku? Ngajak ribut!
H :
Sudah..sudah. Buat apa anda ngeyel sama saya? Yang tahu hukum itu saya bukan
anda. Jadi saya mohon anda bisa menaati apa yang saya putuskan.
J :
Jadi, anda menuduh saya melakukan sesuatu dibalik semua ini? Lancang sekali
anda, Nyonya! Bisa saya tuntut balik anda dengan tuntutan pencemaran nama baik
dengan pasal berlapis.
S :Maaf,
Pak Jaksa. Anda tidak usah mengalihkan pembicaraan. Ini melenceng terlalu jauh
dari masalah awal.Saya melihat bapak Jaksa diberi koper oleh seorang perempuan
cantik dan sepertinya mereka terlibat pembicaraan yang serius.
H :
Jangan-jangan ….
S :
Iya, memang benar Hakim. Saya punya bukti yang sangat otentik. (mengeluarkan
foto dari tasnya)
H :
Lho, ini bukannya Miss Kimi dan Jaksa Gumi? Wah.. ternyata ada persekongkolan
di antara mereka.
S :
Betuk, betul, betul. Hakim, beri mereka hukuman yang setimpal!
H : Dengan demikian, saya jatuhkan
hukuman 30 tahun penjara untuk 2 terpidana penyuapan dan tindangan tidak
menyenangkan. SEKIAN ! (dok dok dok)
J :tidaaakkkkkkkkk
MB : mereka pendosa bangsa,maka sepantasnya
mereka menerima ini. Uang sudah jadi penguasa, hukum dan peraturan pun seakan
sudah tak bernyawa.
Babak
XII
R :apa
yang terjadi pada kerajaan kita?
M :gawat
ratu,persediaan makanan kerajaan sudah menipis
R :lalu
bagaimana ini mentri?
M :belum
lagi para rakyat kerajaan yang sudah banyak yang mati karena kelaparan dan
kasus disana sini
R :kasus?
Sepanjang sejarah negeri ini tak pernah ada kasus
M :
banyak kasus yang terjadi ratu,banyaknya perjudian dan narkoba. Orang-orang
yang melanggar hukum bahkan banyak lagi kasus rakyat miskin yang kelaparan.
PT :permisi
ratu
R :ya,ada
apa kamu para petani?
BT :
kami datang kesini karena mengetahui kasus kelaparan negeri ini ratu.
R :iya,terus?
PT :kami
ini memang tak punya apa-apa ratu tapi kami siap memasok beras untuk masyarakat
negeri ini.
M :sepertinya
memang kita harus meminta bantuan para petani desa ini untuk menyelamatkan
krisis kerajaan ratu.
BT :kami
siap membantu kerajaan Ratu
R :baiklah,saya
akan terima tawaran kalian. Mentri tolong urus semuanya dan perbaiki masalah
kerajaan.
Ratu pergi keluar dan meninggalkan
Menteri dan 2 petani. Kemudian datang pengemis.
PM :permisi
Mentri kerajaan
M :ada
apa kamu?
PM :saya
mau minta makan,seperti janji yang telah ratu katakan dahulu. Sampai sekarang
janji itu tak kau penuhi.
M :baiklah,kalian
para petani bawa hasil panen kalian kesini dan penuhi semua kebutuhan
masyarakat di negeri ini.
PT + BT : baiklah mentri,akan saya
lakukan
MB :Mereka para
penguasa tak akan lepas dari peras Masyarakatnya. Masyarakat yang
akan datang ke sisi penguasa saat mereka kesepian. Masyarakat yang akan bernyanyi untuk para penguasa jika
mereka merasa takut. Masyarakat yang akan mengulurkan tangannya pada para
penguasa bila kekuatan jahat menarik mereka.
Babak
XIII
Panggung kembali gelap. Pemain satu
persatu muncul menyanyikan lagu “Panggung Sandiwara” sambil membawa lilin.
Puisi kematian ini kupersembahkan untuk mereka
Mereka yang mendambakan ajal
Mereka yang menantikan saat jiwanya menghilang
Mereka yang menantikan saat jiwanya menghilang dari dunia
ini
Puisi kematian ini kuberikan untuk mereka yang
paling disayangi
Agar puisi ini dapat menjadi pengingat dirinya
Agar puisi ini bisa menjadi pelipur lara baginya
Agar puisi ini dilupakan olehnya bila telah ada
orang lain di sisinya
Semua : Dunia ini panggung
sandiwara/ ceritanya mudah berubah/kisah mahabarata/ atau tragedi Yunani…//
setiap kita dapat satu peranan/ yang harus kita mainkan// ada peran wajar/ dan
ada peran berpura-pura// *mengpa kita bersandiwara…/mengapa kita bersandiwara//
peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak/ peran berrcinta bikin orang mabuk
kepayang// dunia ini penuh peranan/ dunia ini bagaikan jembatan kehidupan///
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar