Kamis, 12 Maret 2015

Teater "Abu-Abu Kehidupan" XII IPA 2 SMAN 1 SUKADANA

Pemain :
Dede Davit                 : Petani
Desi Sriwahyuni          : Terdakwa/ janda kere
Devie Aryani               : Ratu Elizabreth
Dian Kurnaedi                        : Penjudi 3
Dima Raharasari          : Miss Kimmy
Dwi Rahayu Octaria   : Manusia Bayangan
Intan Purwati Ningrum: Artis 1
Juan Ari Kurniansyah : Penjudi 1
Luki Nugraha              : Penjudi 2
Mira Kurniasari           : Artis 2
Nendah Wahdatusaadah: saski
Rifki Reliadi               : mentri kerajaan
Riska Meidina             : Dosen
Rofiatul Fuadah          : pengemis
Rommy Destyawan    : Hakim
Siti Farida                   : Butani
Siti Ritwah                  : Jaksa Gumi







Tema: sosial politik
Pemain: 17 orang
————
Abu-abu Kehidupan
Suasana panggung redup,menggambarkan abu-abu hidup seseorang. Di tengah panggung terdapat tiang bendera, meja kecil dan kursi-kursi, sekeliling dinding panggung dipenuhi tempelan-tempelan topeng kertas.
Narasi  : kehidupan ini hanyalah sebuah perjalanan. Kami akan mengisahkan sebuah sisi kehidupan yang erat di sekeliling kita. Ini lah persembahan teater XII IPA 2. “ABU ABU KEHIDUPAN”
Babak I
Musik pengantar; Manusia Bayangan (MB) memasuki ruangan sambil membawa lilin lalu mulai menyapa penonton.
MB      : Selamat siang saudara. Maaf, jika pertemuan ini mungkin tidak saudara terima dengan hangat. Seharusnya saya sudah sejak lama hidup di benak saudara. Membisiki abu-abunya hidup. Hidup … (diam sejenak seperti menghela nafas). Yang namanya abu, saudara, tentu…tidak melulu hitam atau melulu putih. Hitam… putih… hi…hi…(tertawa ngikik) Tapi, sepertinya tenggorokan saya sedang manja. Jadi harap mata dan mata saudara melek untuk melihat satu abu-abu ini.
Babak II
Musik pengantar; seorang Ratu (R) dan Menterinya (M) muncul
R          : (menyapa penonton dengan bahasa yang medok namun sedikit judes) selamat siang rakyatku semua… sudah pada tahu to? Kalo negeri kita yang cuantik ini, yang luas ini, yang gemah ripah loh jinawi, sebentar lagi akan meryakan ulang tahun loh… (menoleh ke menteri) menteriku, tolong kamu siapkan pesta yang sebuesar-besarnya. Kamu undang semua pemimpin-pemimpin di dunia, biar mereka tahu, kalo kita jga bisa buat pesta yang gede-gede kayak mereka! (berhenti sejenak) Tapi… tunggu dulu, kas kita tinggal berapa ya?
M         : (membuka-buka buku kas) ehm…tenang ratu, kas kita masih banyak. Tambang minyak di pulau Bekas Alir, tembaga di pulau Paru, emas di pulau Burung, terus…(Keburu distop ratu)
R          :cukup…cukup…cukup. ya, ya..kalau begitu, menteri, segera siapkan pestanya…
M         :baik baik ratu,pesta yang seperti apa Ratu?
R         :buatlah pesta yang paling meriah mentriku,buat semua pemimpin-peminmpin di dunia ini tahu kemewahan negeri kita ini.
M         :baiklah Ratu,akan saya tunjukan kemewahan negeri kita dengan kekayaan yang kita punya dan akan saya undang petinggi-petinggi di seluruh dunia ini.
Tiba-tiba dari belakang keduanya, tampak Rakyat Miskin (RM) menurunkan bendera kerajaan. Lalu ia memasukkannya dalam tas. Kemudian tamapk terburu-buru sehinnga lewat di depan Ratu dan Menteri tanpa permisi.
R          : e…e…eh…tidak sopan! Lewat di depan ratunya kok main selonong aja! Berhenti kamu!
PM       : (menoleh) saya?
R          : iya kamu! (memperhatikan tas) bawa apa itu?
PM       : oh, bukan apa-apa Ratu! (menyembunyikan tas di balik punggung)
R          : menteri, periksa orang itu!
Terjadi rebut-rebutan tas antara menteri dan pengemis. Tetapi menteri berhasil merebut tas pengemis. Sampai-sampai pengemis jatuh tersungkur.
M         : Ratu, ini Ratu…ternyata dia nyolong bendera kerajaan, Ratu!
R          : lho…lho…nyolong bendera?! Lha kok bisa gak ketahuan ini piye? Memangnya mau kamu buat apa to? (mendekati pengemis)
PM       : lapar…saya lapar… itu…mau saya jual…lima ribu …
R          : apa? Dijual?! Oh…rakyatku…(bernada kasihan) kamu lapar?
PM       : (Pengemis mengannguk) iya, saya lapar
R          : oh…lapar…tapi itu jangan kamu jual, karena itu adalah bendera negeri ini. Sekarang kamu pulang ke rumah, biar nanti kusuruh orang mengantar makanan ke tempatmu.
Manusia Bayangan muncul memapah pengemis.
(music pengiring)
Ratu dan menteri maju ke tengah panggung.
MB      : seperti ini sosok sejati dari bangsa yang kaya? (bernada sinis) bahkan seandainya burung hantupun tak sudi menjamahnya.
R          : (berbicara pada menteri) minta makan??! uang saja tidak punya, hari ini masih gratisan…huh!
M         :macam apa saja minta makan,dasar rakyat jelata
R         : menteri kita kembali saja ke keraton. (meninggalkan panggung)
MB      :janji seorang penguasa sering kali tidak dipenuhi dan itu yang akan menyebabkan masalah yang akan terjadi di masyarakatnya. Seperti penguasa negeri yang memandang sebelah mata masyarakat rendah.
Babak III
Musik pengantar; Artis (A) dan Artis2 (A2) muncul dengan gaya seleb dan tebar pesona.
A         : ini sih, memang bukan panggung Hollywood! Tapi, tak palah… sini-sini… siapa yang mau minta tanda tangan artis cantik kayak aku? Mau foto-foto sama aku… (kemudian, masih tetap ceria, artis mulai curhat) hidupku ini sungguh menyenangkan saudara. Shooting sana-sini…ikut pesta ini-itu… shopping kemana-mana…
A2       :dimanapun kita berdiri ya kita tetap artis papan atas,selalu ada yang memanggil nama kita dan berdesak-desakan untuk bisa bertatap muka dengan kita.
A         :ya.. di semua penjuru negeri sudah mengenal kita,memang susah menjadi terkenal namun dengan terkenal ini kita bisa dengan mudah mendapatkan apa yang kita mau.
A2       : memang,tinggal tunjuk dan itu menjadi milik kita. Seperti penguasa yang mengalahkan ratu negeri ini.
A         : Pfff (menghela nafas) tapi…, ehm… mungkin tak sampai lima puluh tahun, aku tetap cantik seperti ini. Kalau kulitku sudah keriputpun, mana laku diriku. (seperti akan menangis dan membuka kacamata). Bahkan, semua cowokku pun akan meninggalkanku kalo aku sudah kere… (sedih menangis lunglai meninggalkan panggung)
MB      :ketenaran selalu membuat semua orang sombong tapi kesombongan ini pula yang akan menghancurkannya di hari kemudian.
Babak IV
Seorang janda yang mempunyai dendam dengan orang terpenting negara yang telah merenggut nyawa suaminya berniat untuk membunuhnya.
Dia hilang akal,sehingga pertengkarannya bersama seorang koruptor yang merenggut nyawa suaminya itu tidak sengaja menusukan gunting pada si BW yang menyebabkannya Tewas.
T          :oh tuhan... apa yang harus aku lakukan ini?
Terdakwa celingak celinguk dengan tas hitam besar diseretnya dan gunting berlumuran darah di tangannya.
T          : oh tuhaann..... maafkan aku telah hilang akal. Dia...dia yang telah merenggut kebahagiaanku kini juga telah aku balas,aku telah merenggut nyawanya. Tak kan ku biarkan, tak kan ku biarkan jasadmu tergeletak begitu saja. Meski aku tak berniat membunuhmu,maafkan aku Tuan,takdir berkata kau harus pulang menyusul suamiku yang telah engkau bunuh dan terimakasih dendamku sudah terbalaskan.
Wanita yang tak sengaja membunuhnya menangis dan berbicara sendiri pada mayat yang di tutupi koran di depannya sedangkan di sudut lain terlihat seorang wanita yang tak sengaja melihat adegan mengerikan di depan matanya.
MB masuk ke tengah panggung
MB      : kasus yang berujung dendam hingga pembunuhan tak pernah usai,sosok petinggi negara yang merenggut kebahagiaan rakyatnya,begitu juga rakyanya yang penuh dendam dengan petinggi bangsa di negara ini.
Babak V
Penjudi muncul, sambil menghisap rokok dan membawa botol bir dia berjalan menuju meja judi. Disana sudah ada 2 orang penjudi lainnya.
P          : (sambil minum) inilah hidupku…ha…ha…malam masih panjang, uang masih banyak, masih bisa dicari,istriku masih bisa kujadikan alat atm ku. Hahaha
P2        :sudah main saja,pasti kau bisa kalah juga
P          :aku tak akan kalah (menegak botol minuman dan terlihat mabuk berat)
P3        :sudahlah kau sudah mabuk jangan berbicara aneh,minumlah dan kau akan kalah.. iya kan sob
P2        :yaa kau hari ini akan kalah sobat.. terimalah!! Uangmu akan habis
P3        : hartamu akan habis di meja judi ini,dan kau bisa dibunuh istrimu hahaha
P          :aku tak akan terkalahkan…tapi…tapi…ha….ha..kalaupun ku mati di meja ini (mulai sedih) aku…aku tetap bahagia…(penjudi pun rebah di meja judi)
MB      : (bersenandung sambil membuang-buang kartu remi di hadapan penonton dan melempar-lempar botol minuman) aku wes kondo ciu marakke ciloko/ aku wes matur, manson neng omongan nglantur// wes tak aturi yen vodka marakke lali/ banjur ngunjuk bir, sampeyan dadine kenthir///
kami sudah bilang ini akan membuat mu celaka/aku sudah bilang ini membuat omonganmu tak berarti//sudah aku bilang vodka membuatmu lupa dunia/selalu menegak bir,hidupmu akhirnya linglung///
Babak VI
Hakim (H) masuk kedalam ruangan. Sesaat kemudian terdengar jeritan dan teriakan terdakwa (T) yang diseret masuk oleh MB.
T          :tidak….! Aku tidak mau! Lepaskan aku…lepas…! Aku tidak bersalah!
H         : Diam! (sambil mengetuk palu) harap tenang sebagai perempuan, seharusnya engkau diam di rumah, menjaga anak-anak dan harta suamimu!
T          : (marah) apa? Diam katamu?! Aku ini janda kere! (menoleh ke penonton) mereka…mereka para pembesar-pembesar itu yang merampas hartaku…membunuh anak-anak dan suamiku! Kau suruh ku diam, hah?! Padahal mereka yang cabut hak hidupku! Bahkan lebih kejam dari Izroil! Mereka…
H         : Diam! Hentikan! Tetapi engkau tetap bersalah! Engkau telah membunuh orang terpenting di negeri ini.engkau harus dihukum!
T          :saya tidak bersalah
H         :Jaksa,apakah ada saksi dalam kasus ini?
J           :ada pak Hakim
H         :panggilkan!!
J           : baik pak hakim.
Saksi masuk dengan gugup dan grogi dipapah oleh jaksa.
H                 : Hey Saksi, apakah anda melihat dengan kepala, mata, dan anggota tubuh anda yang lain saat pemuda ini membunuh lelaki bernama BW?
S          : (Diam agak lama, sambil clingak-clinguk) Waduh.. Maaf maaf sekali saya agak   lupa...
H         : Waduh.. Bisa kacau seperti ini. Puyeng-puyeng kepala ini.
S          : Eh Pa Pa.. saya ingat sekarang!
H         : Apa? Apa? Utarakan apa yang anda ingat, cepat keburu anda lupa lagi.
S          : Yang saya lihat Wanita itu memakai baju merah kotak-kotak bergambar dan dia sedang... eeem... sedang (clingak-clinguk, sambil garuk garuk kepala), maaf saya kok mendadak lupa lagi ya Pa
H         : Lupa, Lupa lagi? Aduh aduh..Ya sudah, sidang ini akan saya tunda (mengetukkan palu) dok.. dok.. dok..
MB datang menyeret T keluar dari ruang sidang.
T          : tidak…lepaskan aku…(menangis)aku tidak salah…
H         : di negeri ini, uanglah yang jadi raja.ha…ha… coba saja perempuan itu sanggup membayarku lebih dari keluarga pejabat yang dibunuhnya, pasti akan aku bebaskan dia. Ha…ha…uang…uang  (terus tertawa sampai keluar ruang)
Hakim dan saksi keluar! Keluarga Terdakwa mendekati Jaksa yang sedang duduk di meja nya sendiri.
K         : Maaf permisi Bu Jaksa Agung yang sangat dimuliakan oleh terpidana kasus korupsi, narkoba, pembunuhan, hingga penculikan. Kenalkan saya Miss Kimmy.
J           : (melirik sambil malas-malas di meja kerjanya) Ya..
K         : Anda kan jaksa yang sedang menangani kasus pembunuhan Pemuda bernama Anu. Nama anda pasti Jagum, alias Jaksa Gumi.
J           : Wah betul sekali, Ada yang bisa saya bantu, Nona?
K         : Anda tau apa ini? Barang yang saya bawa ini meski hanya selembar, dapat membuat anda menikmati Paris, Roma, dan London, menikmati liburan mewah disana. Di cek ini sudah lengkap, dari sewa hotel, kendaraan, hinggan bon makan. Dan ini, koper ini di dalamnya berisi Rp 10 Milyar. Ini dapat membuat anda kaya mendadak. Semua akan mendadi milik anda. Bagaimana? Tertarik Gum?
J           : (Memperhatikan dengan tatapan nakal) Em, saya bukannya menolak tawaran yang anda berikan, Nyonya. Hanya saja....
K         : Kurang banyak?
J           : Tidak, maaf tapi saya tidak bisa menerima uang yang tidak halal ini.
K         : Oke, kalau anda tidak mau terima, dan ingat anda  akan menyesal seumur hidup karena menolak tawaran saya. Selamat siang! (memakai kaca mata) (pergi sambil menghitung langkah)
J           : Tunggu.. tunggu Miss Kimmy. Anda jangan tergesa-gesa seperti itu. (berpikir sejenak). Saya terima tawaran nyonya, asal ada syaratnya.
K         : Apa syaratnya Jagum?
J           : Nyonya harus tutup mulut soal ini. Bisa bisa reputasi saya hancur lebur. Lalu.. ada lagi, Nyonya. Uangnya harus dibayar cash, tunai! Saya nggak mau kalau pake cek. Sekarang juga.
K         : Halah.. halah.. tenang saja kau! Ini sudah aku siapkan koper. Ternyata anda mata duitan juga ya..: Dasar nggak waras. (ekspresi jijik)
Keluarga (K) keluar panggung,terlihat jaksa memegang beberapa uang di tangan nya seraya senyum licik melihat sekeliling. MB masuk membawa lilin ke tengah panggung.
MB      : uanglah yang berkuasa,uanglah yang berbicara. Peraturan dan hukum sekarang sudah menjadi sebuah kertas bertinta hitam yang tak bernyawa lagi,tak lagi berguna dan tak lagi dapat mengatur negara. Lihatlah para penegak hukum yang seharusnya menjunjung tinggi peraturan-peraturan negara. Menjijikan!
Babak VII
Muncul sepasang petani, mereka taampak lelah setelah bekerja di sawah.
PT        :bu’e…bu’e…panen kita tiap tahun selalu melimpah ya…buanyak!he…he…
BT       :iay pak’e…lha lumbung kita saja sampai gak muat…
PT        : eh, tau gak buk’e?
BT       :apa to pa’e…(sambil kipas-kipas)
PT        : kita ini soko guru ekonomi rakyat.  Lah kalo ndak ada kita, waduh…bisa kolaps rakyat-rakyat negeri ini. Alias mati!
Bt         : betul itu pak’e…tapi….(dari wajah yang semula gembira, beralih sedih) tapi…kita kok ndak kaya-kaya ya pak’e? Tetep kere..ora nduwe duwit. Malah jadi kesetnya tengkulak! Waduh….
PT        :iya…ya..he…heee sudahlah bu’e kita hanya rakyat bawah. Apa yang kita bisa lakukan coba?
BT       : benar pa’e,lah negara itu seharusnya merhatiin kita toh pa’e,wong kita iki pahlawan juga.
PT        : sudahlah bu’e
PT dan BT duduk beristirahat melihat sawah-sawah di depannya.
MB muncul lagi menyanyikan lagu kulihat ibu pertiwi.
MB      : kulihat ibu pertiwi/ sedang bersusah hati/ air matanya berlinang/ emas intan yang aku kenang// hutan gunung sawah lautan/ simpanan kekayaan/ kini ibu sedang lara/ merintih dan berdoa///
Kasihan engkau wahai petani pertiwi…
Babak VIII
Seorang dosen muncul sambil berbicara di telepon terburu-buru. Kemudian masuk kelas dan mulai memberi kuliah.
D         : selamat pagi mahasiswaku tercinta…mari kita tinggalkan sejenak segala keluh kesah di luar, kita siapkan hati dan pikiran kita untuk kuliah hari ini. Baik saudara…sebagai manusia, janganlah kita skeptis terhadap ilmu. Pandang ilmu itu dengan objektif, bukan subjektif. Tahu kenapa? Ya…karena ilmu itu logis. Dan jika kita sudah memahami ini, secara teoritis, terapkan itu secara pragmatis. Kita ini ini insan berilmu. Bukan sapi, atau monyet! Karena itu, hidup itu harus berilmu… baik saudara, sekian kuliah hari ini
Tiba-tiba telepon dosen berdering…ternyata dari anaknya.
D         : O…maaf. Saudara…Halo? Ya.. anakku sayang…ada apa? O…pesta? Berapa? Lima puluh juta? O..tenang anakku…ibu sekarang ini gajinya sudah tiga kali lipat! Jadi…apa? Ya…ya…atur lah semaumu…masalah uang itu gampang anakku. Artis sepertimu jangan sampai kalah dengan orang-orang terkenal lain....iya sayang ... apa shooting? Kamu perlu uang untuk baju juga... gampang.. okee....(terus menelepon sambil meninggalkan panggung)
MB muncul sambil membuang-buang buku
MB      : aplikasi teori lebih dari logika…sampah! Ilmu jadi komersil berangka-angka!…seperti ini? Kapan kita mau pintar? Mau maju? Mau cerdas? Pff…(tertunduk lesu)
Babak IX
P2        :sudah ku katakan kau akan kalah. Sudahlah kau mundur saja!
P3        :haha..kau sudah miskin. Apa yang kau punya sekarang.
P          :hah sialan,minuman habis dan uangpun tak bersisa. Kalian sialan.
P2        :ini permainan sob
P3        :kau sudah seharusnya mundur dari meja ini.
P          :hah sialan...
P berdiri dan suara sirine polisi mengagetkan semua hingga akhirnya mereka di grebek polisi dan ditangkap.
MB      :Lihatlah mereka! Sampah masyarakat. Ketulusan dan cinta sudah hilang dari dalam diri mereka. Mereka adalah kumpulan sampah. Mereka yang telah diberikan nyawa oleh orang lain. Mereka yang sudah menghancurkan berbagai tubuh dan jiwa yang diberikan pada mereka.
Babak X
D         : (dalam telepon) halo....apa....saya dipecat...wah tidak bisa gitu donk...apa?alasan anda tidak logis...tunggu... kalian tidak adil... (tertunduk lemas)
Artis masuk dengan barang-barang mewahnya
A         :mamih...aku mau minta uang donk. Aku beli barang-barang baru ini sama dia
A2       :iya tante,tapi harus bayar hari ini ya. Bisa kan tante. Cuman 75 juta saa ko tante
A         :iya mih,artis papan atas seperti aku ini kan harus mentingin mode (gaya centil)
A2       :kalo tante mau juga boleh sok tinggal dipilih aja
D         :apa kalian. Mamih kan lagi pusing (telepon masuk) iya halo...apa?kantor polisi?....iya benar,apa yang terjadi dengan suami saya... apa?berjudi?....tidakk... baiklah pak saya akan bayar.
A         :mamih...kenapa? kapan mamih mau bayar?
D         :diam kamu. Aku dipecat dari pekerjaanku. Ayahmu tertangkap polisi karena dia berjudi dan aku harus membayar semua hutangnya. Belum lagi kamu yang minta ini itu,padahal popularitasmu sedang turun bahkan sekarang tak ada yang mengontrakmu untuk shooting.
MB      :lihatlah hasil dari kesombongan dan teori kosong ini,semuanya hancur tak bersisa.
Babak XI
H         : Bagaimana? Kamu ingat cara dia membunuh? Kamu ingat kalau benar-benar dia yang membunuh anu?
S          : Iya..eh (berfikir sejenak). Maaf tiba-tiba saya lupa lagi.
H         : Ah, sudah-sudah, susah memang ngurusin saksi nggak waras.
J           : Sudah-sudah. Tak baik bertengkar di sini.
S          : (mengacungkan jari)
J           : Mohon semuanya tenang dulu (nada keras sambil memukul palu)
                                Ya, silahkan saudara saksi. Apa yang ingin anda sampaikan?
S          : Sebelumnya, saya ingin meminta maaf dulu kepada Hakim Agung yang terhormat. Tempo hari yang lalu,tepatnya seelah persidangan selesai, saya melihat bapak Jaksa disuap.
H         : Benarkah?
S          : Benar pak Hakim.
H         : Benar begitu Jaksa?
J           : Tidak mungkin. Itu salah!
K         : Benar, itu salah. Mana mungkin Jaksa yang terhormat di suap. Lagian siapa juga yang mau nyuap.
S          : Dia pak Hakim (menunjuk keluarga)
K         : Apa? Gue? Nggak banget kali… Kamu nuduh aku? Ngajak ribut!
H         : Sudah..sudah. Buat apa anda ngeyel sama saya? Yang tahu hukum itu saya bukan anda. Jadi saya mohon anda bisa menaati apa yang saya putuskan.
J           : Jadi, anda menuduh saya melakukan sesuatu dibalik semua ini? Lancang sekali anda, Nyonya! Bisa saya tuntut balik anda dengan tuntutan pencemaran nama baik dengan pasal berlapis.
S          :Maaf, Pak Jaksa. Anda tidak usah mengalihkan pembicaraan. Ini melenceng terlalu jauh dari masalah awal.Saya melihat bapak Jaksa diberi koper oleh seorang perempuan cantik dan sepertinya mereka terlibat pembicaraan yang serius.
H         : Jangan-jangan ….
S          : Iya, memang benar Hakim. Saya punya bukti yang sangat otentik. (mengeluarkan foto dari tasnya)
H         : Lho, ini bukannya Miss Kimi dan Jaksa Gumi? Wah.. ternyata ada persekongkolan di antara mereka.
S          : Betuk, betul, betul. Hakim, beri mereka hukuman yang setimpal!
H         : Dengan demikian, saya jatuhkan hukuman 30 tahun penjara untuk 2 terpidana penyuapan dan tindangan tidak menyenangkan. SEKIAN ! (dok dok dok)
J           :tidaaakkkkkkkkk

MB      : mereka pendosa bangsa,maka sepantasnya mereka menerima ini. Uang sudah jadi penguasa, hukum dan peraturan pun seakan sudah tak bernyawa.
Babak XII
R         :apa yang terjadi pada kerajaan kita?
M         :gawat ratu,persediaan makanan kerajaan sudah menipis
R         :lalu bagaimana ini mentri?
M         :belum lagi para rakyat kerajaan yang sudah banyak yang mati karena kelaparan dan kasus disana sini
R         :kasus? Sepanjang sejarah negeri ini tak pernah ada kasus
M         : banyak kasus yang terjadi ratu,banyaknya perjudian dan narkoba. Orang-orang yang melanggar hukum bahkan banyak lagi kasus rakyat miskin yang kelaparan.
PT        :permisi ratu
R         :ya,ada apa kamu para petani?
BT       : kami datang kesini karena mengetahui kasus kelaparan negeri ini ratu.
R         :iya,terus?
PT        :kami ini memang tak punya apa-apa ratu tapi kami siap memasok beras untuk masyarakat negeri ini.
M         :sepertinya memang kita harus meminta bantuan para petani desa ini untuk menyelamatkan krisis kerajaan ratu.
BT       :kami siap membantu kerajaan Ratu
R         :baiklah,saya akan terima tawaran kalian. Mentri tolong urus semuanya dan perbaiki masalah kerajaan.
Ratu pergi keluar dan meninggalkan Menteri dan 2 petani. Kemudian datang pengemis.
PM      :permisi Mentri kerajaan
M         :ada apa kamu?
PM      :saya mau minta makan,seperti janji yang telah ratu katakan dahulu. Sampai sekarang janji itu tak kau penuhi.
M         :baiklah,kalian para petani bawa hasil panen kalian kesini dan penuhi semua kebutuhan masyarakat di negeri ini.
PT + BT : baiklah mentri,akan saya lakukan
MB      :Mereka para penguasa tak akan lepas dari peras Masyarakatnya. Masyarakat yang akan datang ke sisi penguasa saat mereka kesepian. Masyarakat  yang akan bernyanyi untuk para penguasa jika mereka merasa takut. Masyarakat yang akan mengulurkan tangannya pada para penguasa bila kekuatan jahat menarik mereka.
Babak XIII
Panggung kembali gelap. Pemain satu persatu muncul menyanyikan lagu “Panggung Sandiwara” sambil membawa lilin.

Puisi kematian ini kupersembahkan untuk mereka
Mereka yang mendambakan ajal
Mereka yang menantikan saat jiwanya menghilang
Mereka yang menantikan saat jiwanya menghilang dari dunia ini

Puisi kematian ini kuberikan untuk mereka yang paling disayangi
Agar puisi ini dapat menjadi pengingat dirinya
Agar puisi ini bisa menjadi pelipur lara baginya
Agar puisi ini dilupakan olehnya bila telah ada orang lain di sisinya


Semua  : Dunia ini panggung sandiwara/ ceritanya mudah berubah/kisah mahabarata/ atau tragedi Yunani…// setiap kita dapat satu peranan/ yang harus kita mainkan// ada peran wajar/ dan ada peran berpura-pura// *mengpa kita bersandiwara…/mengapa kita bersandiwara// peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak/ peran berrcinta bikin orang mabuk kepayang// dunia ini penuh peranan/ dunia ini bagaikan jembatan kehidupan///


DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar